Game MOBA (seperti Mobile Legends, Dota 2, LoL) sudah menjadi genre permainan yang cukup digemari di Indonesia, berikut adalah alasan-alasan kenapa salah satu Team akan cenderung kalah jika bertengkar dengan teman sendiri.
🔍 Analisis Psikologis
1. Disfungsi Tim dan Trust Menurun
- Psikologi Tim menyatakan bahwa trust (kepercayaan) adalah fondasi dari tim yang efektif.
- Dalam game MOBA, pemain harus saling percaya dalam momen split-second decision (seperti inisiasi war, cover teman, dsb). Tanpa trust, pemain akan mungkin Egois dan Tidak mau kerjasama
📚 Referensi: Patrick Lencioni, “The Five Dysfunctions of a Team”
Salah satu disfungsi utama: “Absence of Trust” yang membuat tim gagal.
2. Komunikasi yang Rusak
- Komunikasi sangat penting di game seperti Dota 2 atau LoL, konflik akan menyebabkan Silent treatment dan Flaming / blaming (menyebabkan disorientasi)
📚 Referensi: Salas et al. (2008), “Teamwork in Multiteam Systems”
Tim dengan komunikasi buruk mengalami penurunan kinerja drastis dalam tugas yang kompleks dan cepat.
3. Emosi Negatif Mengganggu Fungsi Kognitif
- Ketika bertengkar, otak melepaskan kortisol (hormon stres) yang menyebabkan: Penurunan kemampuan berpikir strategis, meningkatnya impulsifitas dan berkurangnya fokus. Dalam game MOBA, ini bisa berakibat fatal karena:
- Terlambat blink
- Salah build item
- Tidak perhatikan map
📚 Referensi: Goleman, “Emotional Intelligence”
Emosi negatif menurunkan kemampuan untuk “berpikir jernih” di bawah tekanan
4. Kecenderungan “Sabotase Sosial” / Ego Playing
- Dalam psikologi sosial, konflik dalam satu kelompok bisa mengarah ke social sabotage, pernah denger kalimat ini “Biar aja kalah, biar kapok.” Ini muncul dari mekanisme balas dendam emosional.
📚 Referensi: Festinger, “Cognitive Dissonance Theory”
Ketika orang berada dalam konflik antara “ingin menang” dan “tidak suka timnya,” mereka mungkin mengorbankan kemenangan demi pembenaran pribadi.
5. Efek Kaca Pembesar (Magnifying Effect) dalam Game
Dalam lingkungan kompetitif dan intens, konflik kecil bisa menjadi besar karena durasi game panjang, tekanan tinggi dan interaksi terus-menerus. Konflik yang sepele (misal rebutan lane) bisa jadi masalah besar karena diulang-ulang.
📚 Referensi: Game Studies - “Toxicity in Online Games” by Fox & Tang (2014)
Semakin intens game, semakin tinggi risiko toxic behavior muncul saat konflik interpersonal terjadi.
Akhir Kata
“Di medan perang digital seperti MOBA, musuh bukan hanya 5 orang di tim lawan, tetapi juga ego dan emosi dalam tim sendiri.”